http://www.ilmoe.com/al-quran/murottal-al-quran-anak-ahmad-saud-juz-30
Jumat, 29 Maret 2013
Kamis, 21 Maret 2013
Selasa, 19 Maret 2013
Video Kenangan PLPG 2012
Rabu, 13 Maret 2013
Kamis, 07 Maret 2013
Selasa, 05 Maret 2013
Jumat, 01 Maret 2013
PAI 9 sem 2 Tradisi Islam di Indonesia
MEMAHAMI SEJARAH TRADISI ISLAM DI NUSANTARA
SENI BUDAYA LOKAL SEBAGAI
BAGIAN DARI TRADISI ISLAM
Pengertian Seni
Budaya Lokal.
Seni
budaya lokal artinya adalah bentuk seni atau tradisi yang ada pada daerah
tertentu, mengakar dan menjadi pola hidup di masyarakat tersebut. Budaya ini
berkembang secara turun temurun dan terus dilestarikan oleh generasi
selanjutnya.
Semakin
banyak suku di Indonesia semakin memperkaya khazanah kebudayaan Nusantara.
Karena setiap suku memiliki tradisi dan adat istiadat yang berbeda-beda. Dan
memberikan identitas dan corak yang jelas bagi daerahnya.
Beberapa
kesenian dan budaya lokal kemudian berakulturasi dengan Islam, namun keduanya
tidak kehilangan ciri khasnya. Melalui akulturasi tersebut, Islam menggunakan
budaya lokal sebagai media dakwah.
Kebudayaan Menurut
Islam
Arti
kebudayaan adalah hasil karya cipta manusia. Sedang kebudayaan dalam pandangan Islam
adalah sebuah tata nilai dan tradisi yang berkembang dari ajaran Islam. Tata
nilai tersebut mernupakan penerjemahan/untuk merealisir pokok-pokok ajaran al
Qur’an dan Hadis dalam kehidupan nyata.
Dari
berbagai kelompok masyarakat di dunia termasuk Indoneisa telah menghasilkan
sebuah kebudayaan yang disebut kebudayaan Islam. Tertu saja sudah beradaptasi
dengan budaya lokal Nusantara. Hasilnya lahirlah beragam budaya lokal yang
bercorak Islam.
Pengertian Tradisi
Islam
Sebelum
membahas tradisi Islam, perlu ditegaskan dahulu arti kesenian Islam. Kesenian
Islam yaitu ekspresi estetis dikalangan orang Islam dengan menggunakan medium.
Karya
seni Islam dalam segala bentuk manifestasinya, apakah seni suara, musik, gerak,
sastra atau seni pandang, seperti lukis, kaligrafi dan arsitektur adalah
merupakan bagian dari ekspresi keimanan tauhid berdasarkan ajaran Nabi Muhammad
SAW.
Mengingat
bidang estetis adalah wawasan yang tidak diberikan batasan terperinci dan paten
dalam Islam yaitu lebih merupakan cobaan terhadap orang Islam untuk berkreasi
dengan alasan keimanan tauhid tentang valid/tidaknya sebuah karya seni sebagai
karya Islam adalah tetap merupakan upaya ijtihadi.
Dalam
karya seni Islam terdapat beberapa lahan kesenian yang kurang digunakan. Yaitu seni tari serta representasi figure
manusia dan hewan termasuk sedikit sekali yang dikembangkan dalam karya seni
Islam. Sebenarnya tidak ada dalil qot’i yang mendiskreditkan kreasi demikian.
Tetapi corak aqidah Islam yang tauhid mendorong
timbulnya kecurigaan terhadap representasi figural yang mengarah kepada
kemusyrikan. Dalam hal ini sangat dominan.
Sebagian besar eksprasi seni monumental dikalangan
orang Islam adalah berhubungan dengan bidang keagamaan, masjid, madrasah,
khalaqah, Qur’an, dan seterusnya.
Dalam bidang sastra, seni suara, musik, kaligrafi,
arsitektur kontribusi seniman muslim cukup luas dan mengagumkan.
Anehnya musik yang telah popular sejak nabi
Muhammad SAW hijrah ke Madinah pada tahun 622 kurang berkembang dalam Islam.
Akibat negative yang sering timbul dari pagelaran musik mempengaruhi para ulama
untuk menjauhi dari musik bahkan menetangnya.
Dari sini kita memahami kenapa musik bercorak
keagamaan sangat sederhana dan kurang berkembang. Tetapi disamping itu timbul
musik sekuler yang tidak diakui pihak ulama.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa tradisi
Islam adalah hasil karya/seni orang Islam yang bersumber dari agama Islam.
Seni Budaya Lokal
Yang Bernuansa Islam
Seni
budaya lokal yang bernuansa Islam lebih diartikan sebagai kesenian daerah yang
diilhami oleh Agama Islam. Dengan kata lain kesenian Nusantara yang telah
berbaur dengan tradisi Islam. Dalam beberapa hal didaerah kita terdapat
kesenian daerah yang dilhami/berbaur denga agama Islam antara lain:
Debus
Debus
adalah kesenian asli masyarakat Banten, muncul pertama kali pada abad ke-16
pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasannudin (1532-1570). Pada masa pemerintahan
Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682) debus difokuskan untuk membangkitkan
semangat pejuang dalam melawan Belanda.
Kesenian
ini merupakan bentuk kombinasi dari seni tari, seni suara, seni kebatinan yang
bernuansa megis. Pertunjukkan ini dimulai dengan pembukaan (membaca) salawat
kepada Nabi Muhammad SAW. Zikir selama 10 menit yang diiringi musik.
Bersamaan
dengan “beluk” (nyanyian zikir dengan suara keras) atraksi kekebalan tubuh
sesuai permintaan penontonnya. Misalnya menusuk perut, mengisi anggota badan
dengan golok dan sejenisnya.
Wayang
Wayang
merupakan kesenial tradisional yang sangat dikenal. Juga merupakan media dakwah
di Jawa yang dilakukan oleh Walisongo.
Wayang
menurut bahasa berasal dari kata wewayangan artinya bayangan orang atau benda. Dikatakan
demikian karena yang melihat pertunjukkan hanya dapat melihat bayangan wayang
yang dimainkan oleh dalang. Wayang menurut istilah artinya suatu bentuk
kesenian tradisional asli yang berbentuk replika dari tokoh-tokoh yang ada
dalam dunia pewayangan.
Jenis
wayang bermacam-macam, yaitu: wayang purwo, wayang gedog, wayang krucil, wayang
menak, wayang beber, wayang golek, wayang kulit.
Wayang
kulit dibuat oleh Sunan Kalijaga untuk mengimbangi seni wayang yang ada saat
itu. Dibuat demikian agar tidak menyerupai wujud manusia. Hal itu dibuat karena
pada masa itu menggambar, melukis manusia bisa menimbulkan syirik. Asal mula
cerita wayang berasal dari lakon Mahabarata yang ada pada zaman kerajaan
Hidu-Budha.
Selain wayang diartikan sebagai bayangan, juga diartikan
sebagai bayangan angan-angan. Karena itu segala bentuk karakter tokohnya ada
kaitannya dengan manusia. Misalnya tokoh Pandawa Lima yang selalu menunduk
sebagai lambang tawaduk. Dasamuka dan Kumbakarna yang bermulut besar merupakan
lambang orang yang jahat, sombong dan rakus.
Pagelaran wayang dipimpin oleh seorang dalang.
Secara bahasa dalang berasal dari kata ”dalla” artinya menunjukkan. Fungsi
dalang adalah menunjukkan jalan kebaikan sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan
Kudus, Sunan Kalijaga.
Dalam setiap lakon pementasan selalu berpinsip
abadi, bahwa yang benar pasti menang dan yang salah pasti kalah. Itulah arti
dakwah para walisongo yang dipetik dari QS al Isra (17): 81.
Salah satu sarana wayang adalah ”kelir” menurut
bahasa berasal dari kata hadir. Yang kemudian dianalogikan tempat kehadiran
wayang. Menurut istilah kelir adalah tempat bermain para wayang untuk
melakonkan unsur kebaikan dan kejahatan.
Belencong (alat penerang) adalah lampu penerang
yang dipasang diatas kepala sang dalang. Belencong diartikan sebagai matahari
yang menyinari jagad pewayangan, penjelas hakikat hidup makhluk wayang yang
meliputi manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Dengan matahari manusia dapat
meniti jalan kebenaran dengan membersihkan jiwa.
Bunyi-bunyian gamelan, neng, ning, nung diartikan:
neng kana, ning kene, nung kono (di sana, di sini, di situ). Kemudian kempul
yang beruasa pul ... pul ... pul ... dan kedang berbunyi ndang ... ndang ...
tak ndang. Lalu diakhiri dengan genjur yang berbunyi ghur ...
Bila dibunyikan bersama maka mempunyai arti: yang
nang kana, ya neng kene, yang nung kono, ayo podo kumpul, ndang, ndang kabeh
wae pada njegur. (ya di sana, ya disini, ya di situ, ayo semuanya cepat datang
lalu terjun masuk Islam). Disinilah fungsi gamelan yang mempunyai arti penting
dalam mengajak masyarakat untuk memasuki ajaran agama Islam.
Tari Saman
Berasal dari Aceh, dari dataran tinggi Gayo.
Dahulunya tari saman disampaikan untuk merayakan peristiwa penting dalam adat
Aceh, juga pada perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kata saman berasal
dari salah satu nama ulama besar Aceh yaitu Syekh Saman.
Tari saman tidak diiringi musik, menggunakan suara
dari para penari dan tepuk tangan. Tarian ini dipandu yang lazim disebut Syekh.
Biasanya terdiri dari delapan penari dan dua pemberi aba-aba sambil bernyanyi.
Hadrah
Musih ini berkembang di kalangan pesantren. Hadrah
adalah suatu bentuk seni suara yang bernafaskan Islam dengan diiringi instrumen
musik rebana dan disertai tarian dari para penabuh rebana. Ciri khasnya penggunaan
rebana (perkusi dari kulit binatang) sebagai alat musik. Lagu yang dinyanyikan
brupa puji-pujian kepada Allah dan Rasul, juga nasihat agama.
Rebana adalah sejenis alat kesenian tradisional
yang terbuat dari kayu, dibuat dalam bentuk lingkaran dan di tengah-tenganya
dilobangi, kemudian di tempat yang dilobangi itu ditempati kulit binatang
(biasanya kulit kambing) yang telah dibersihkan bulu-bulunya.
Kasidah
Yaitu suatu jenis seni suara yang bernafaskan
Islam. Syair lagunya mengandung dakwah Islamiyah dan nasihat yang baik. Fungsi rebana
pertama kali sebagai instrumen dalam nyanyian lagu-lagu keagamaan berupa pujian
kepada Allah SWT dan rasulNya. Rebana berasal dari kata rabbana yang artinya
wahai Tuhan kami. (suatu do’a dan pujian terhadap Tuhan). Ketika rasul hijrah
ke Madinah belai disambut dengan rebana di pinggir jalan oleh masyarakat
Madinah.
Fungsi utama kasidah adalah sebagai media dakwah
Islam dan sebagai hiburan dalam acara peringatan hari besar Islam. Karena
pesatnya perkembangan kasidah antara lain karena ditopang oleh adanya
kesepakatan pandangan ulama (termasuk pakar hukum Islam) bahwa menurut hukum
Islam seni rebana dan kasidah itu boleh (mubah).
Suluk
Menurut bahasa suluk artinya jalan atau cara.
Menurut istilah suluk artinya jalan yang mengacu pada hidup dengan cara sufi
atau mengikuti aturan sufi. Suluk disebut juga sebagai ajaran spiritual Islam
Jawa yang ditulis dalam bentuk puisi. Suluk berupa puisi pertama kali
diciptakan oleh kaum priyayi terpelajar. Berisi filfasat atau ajaran mengenai
kebijaksanaan hidup.
Awal mulanya sulu merupakan aliran pemikiran dan
prinsip hidup yang berkembang di istana (khusus disukai priyayi saja) Hindu
Budha. Setelah Islam datang menyebar di Jawa dan sudah diberi nilai keislaman.
Suluk tidak hanya dikenal di Jawa saja, di
Sumatera suluk yang ditulis oleh Hamzah Fansuri (berjudul Syair si burung
Pingai) dan Syamsuddin. Kalau di Jawa suluk ditulis oleh Sunan Bonang.
Kesustraan Islami
Kesusastraan Islami (budaya melayu kalsik)
terdapat di sebagian wilayah pesisir Sumatra dan Semenanjung Melayu (daerah
Aceh). Hal ini karena didukung sepenuhnya oleh keberadaan kerajaan di Aceh.
Bentuk sastra yang berkembang adalah hikayat, pantun, syair yang menekankan
pesoalan keagamaan.
Tokoh terkenal (abad 17) adalah Hamzah Fansuri,
Syamsyddin, Abdurrauf. Mereka menulis ilmu tasawuf Islam dalam bentuk sastro
prosa. Ditulis dalam bahasa Arab Melayu. Karya beliau terpengaruh karya sastra
Persia, yang menjadi bahan saduran mengenai cerita Amir Hamzah, Bayan Budiman,
1001 malam. Karya sadurannya adalah Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman,
Hikayat Ghulam, Hikayat Bakhtiar.
Kalau di Jawa terpengaruh oleh Hidu-Budha dengan
cerita yang bernafaskan Islam. Seperti Hikayat Pendawa Lima yang merupakan
gubahan dari Serat Mahabarata dan Hikayat Sri Rama yang merupakan gabungan dari
serta Ramayana. Sehingga cerita tersebut mengandung nilai Islam.
APRESIASI TERHADAP TRADISI DAN UPACARA ADAT
KESUKUAN NUSANTARA
Mempelajari Tradisi Dan Upacara Adat Kesukuan Yang Bernuasna Islami.
Tradisi merupakan kebudayaan masa lampau yang
diwariskan dalam bentuk sikap, perilaku sosial, kepercayaan, prinsip-prinsi,
dan sekepakatan perilaku. Hal ini berasal dari pengalaman di masa lampau yang
membentuk perilaku masa kini.
Di Indonesia terdapat berbagai macam tradisi yang
masih dijaga dengan baik oleh pengikutnya. Bisa dalam bentuk adat istiadat,
ritual, upacara keagamaan. Dalam pelaksanaannya tergantung/terpengaruh oleh
lingkungan setempat.
Selamatan
Setiap ada peristiwa yang menakutkan, atau yang
menyenangkan atau adanya harapan, seperti perkawinan, sakit, panen padi,
menanam padi selalu mengadakan upacara selamatan. Selamatan dilakukan sebagai
rasa syukur, dengan permohonan agar selalu mendapatkan keselamatan.
Setelah Islam datang selamatan dikemas Islami,
seperti dengan tahlilan, penajian. Sebelum Islam datang diisi dengan bacaan
mantra-mantra.
Ada
upacara lain yang sering dilakukan masyarakat sekitar kita, yaitu upacara
kematian, yaitu saur tanah, satu hari, tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari,
seratus hari, seribu hari, nguwis-uwisi kematian seseorang. Acara selamatan
selalu diisi dengan kenduri (membagi-bagi makanan) sesuai tema selamatan yang
sedang dilakukan.
Upacara Turun Tanah
di Aceh
Nama
aslinya adalah Peutron Aneuk U Tanoh atau turun tanah. Artinya orang tua
menurunkan bayi ke tanah setelah bayi berusia 44 hari. Sebelumnya seorang ibu
melakukan pantangan dengan tujuan agar bayi sehat dan baik.
Upacara
dipimpin oleh ketua adat dengan menggendong bayi menuju tangga rumah sambil
membaca do’a-do’a dari ayat Al Qur’an. Kemudian menuruni tangga rumah dengan
bayi tetap digendongnya.
Sampai
di tanang upacara dilanjutkan mencincang batang pisang atau pohon keladi yang
telah disediakan. Hal ini mengibaratkan keperkasaan dan dimaksudkan agar bayi kelak
dikaruniai sifat perkasa dan kesatria.
Ketua
ada melanjutkan acara membawa masuk bayi ke dalam nimah yang disambut oleh
seluruh hadirin dan keluarga. Dimeriahkan dengan rebana, tari-tarian, pencak
silat, permainan kesenian lainnya. Disajikan pula berbagai makanan.
Sekaten
Pada
tahun 1939 tahun saka atau 1477 M, Raden Patah dengan dukungan para wali
mendirikan masjid Demak. Berdasarkan kesepakatan digelar siar Islam selama 7
hari menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dibunyikan dua perangkat gamelan karya
Sunan Giri yang membawakan gending karya Sunan Kalijaga.
Setelah
mengikuti acara tersebut, masyarakat yang ingin memeluk Islam mengucap dua
kalimat syahadat (sahadatain). Dari kalimat tersebut muncul istilah sekaten.
Saat
kerajaan Islam dari Demak pindah ke Mataram perayaan sekaten tetap digelar.
Begitu juga setelah Mataram terbagi menjadi dua Kasultanan Yogyakarta dan
Kasunanan Surakarta.
Di
Kasultanan Yogyakarta perayaan sekaten berdasarkan tiga dasar pokok yaitu:
1.
Dibunyikan
dua perangkat gamelan (Kajeng Kyai Nagawilaga dan Kajeng Kyai Guntur Madu) di
Kagungan Dalem Pagongan Masjid Agung Yogyakarta selama 7 hari berturut-turut,
kecuali Kamis malam sampai Jumat sian.
2.
Peringatan
hari lahir Nabi Muhammad SAW tanggal 11 Mulud malam di serambi kagungan Dalem
Masjid Agung. Dengan bacaan riwayat nabi oleh Abdi Dalem Kasultanan, para
kerabat, pejabat, rakyat.
3.
Pemberian
sekedah Ngarsa Dalem Sampean Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan, berupa hajad
dalem gunungan dalam upacara grebeg sebagai upacara puncak Sekaten.
Mulai
tahun 1960 sekaten sebagai pasar rakyat. Pasar malam perayaan sekaten
berlangsung selama 39 hari. Menurut penanggalan Jawa selain Grebeg Mulud ada
juga grebeg syawal yang diadakan hari pertama syawal (bulan jawa). Grebeg besar
diadakan pada hari ke 10 bulan Jawa yang dihubungkan dengan hari raya umat
Muslim (qurban, idul adha).
Adat Perkawinan
Aceh
Tradisi
penikahan Aceh banyak diwarnai oleh tradisi Islam, hal bisa dilihat dari
beberapa tahapan-tahapan pernikahan:
Melamar
Keluarga
pria yang akan melamar seorang gadis mengutus seorang penghubung yang disebut seulangke. Apabila pihak perempuan
setuju pihak pria mengantarkan tanda ikatan yang disebut ranub kong baba.
Biasanya berupa emas dan pakaian untuk si gadis. Kedua keluarga kemudian
menetapkan hari perkawinan dan mas kawis yang harus di berikan pihak pria. Mas
kawin disebut jeunameu.
Persiapan perkawinan
Menjelang
pernikahan sang gadis dipingit selama satu bulan untuk dibimbing cara berumah
tangga, dianjurkan tekun mengaji.
Dua
hari sebelum pernikahan, keluarga wanita mengadakan upacara mandi air bunga
bagi gadis. Dengan tujuan membersihkan dosa, disamping sebagai pengharum badan.
Diteruskan mengadakan upacara koh andam
yaitu upacara membersihkan anak rambut di tengkuk, dahi, merapikan alis mata,
juga menginai kuku-kuku menjadi mereh, memerahkan bibir dengan memakai sirih.
Upacara pernikahan
Sebelum
upacara pernikahan dilangsungkan , calon pengantin perempuan
memperlihatkan kemampuannya menamatkan
pembacaan al Qur’an. Kemudian ayah kandung pengantin perempuan memimpin upacara
pernikahan/ijab kabul.
Setelah
itu pihak pengantin pria menyerahkan jeunameu
atau mas kawin berupa sekapur sirih, seperangkat kain adat, emas puan. Emas
yang digunakan adalah uang mas kuno seberat 100 gram. Sebelum kedua mempelai
dipersandingkan di pelaminan keluarga mengadakan upacara menginjak telur yang
dilakukan oleh pengatin pria.
Pakaian Pengantin
Pengatin
pria celana panjang yang (cekak musang), kain sarung (pendua), serta kemeja
belanga pakai bis benang emas, memakai kopiah (makutup), sebilah rencong
terselip di depan perut. Pengantin perempuan memakai celana panjang (cekak
musang) baju kurung sampai pinggul, kain sarung. Perhiasan berupa kalung yang
disebut kula, pending, gelang tangan, gelang kaki.
Ziarah Kubur
Yaitu
kebiasaan mengunjungi makam dan meletakkan bunga di atas kuburan seseorang.
Sampai saat ini masih dipertahankan. Tujuan awalnya adalah untuk memohon restu
dan mendapat berkah dari orang yang sudah meninggal. Tradisi ini dipengaruhi
budaha Hindu-Budha yakni pemujaan terhadap arwah nenenk moyang.
Setelah
Islam datang tujuan ziarah diarahkan untuk mendo’akan yang telah meninggal agar
diampuni dosa-dosanya juga sebagai media kontemplasi bagi seseorang agar selalu
mengingat kematian.
Biasanya
yang dikunjungi makam para wali. Setelah berkembang juga makan sanak keluarga.
Waktu ziarah menjelang bulan Ramadhan dan hari raya idul fitri. Saat ziarah
diisi dengan bacaan tahlil, tahmid, surah pendek dalam al Qur’an.
MEMBERIKAN APRESIASI TERHADAP TRADISI DAN UPACARA KESUKUAN
NUSANTARA YANG BERNUANSA ISLAMI.
Selanjutnya kita akan membahas apa itu kenduri.
Kenduri adalah selamatan, upacara tradisi yang disesuaikan dengan ajaran-ajaran
agama di Jawa. Gejala kenduri merupakan bagian dari proses Islamisasi yang
belum selesai sejak Islam masuk ke Nusantara yang dibawa oleh para wali.
Hal ini diperkuat oleh analils Dr. Zamakhsyari
Dhofier, bahwa penyebaran Islam di Jawa tidak mudah penuh tantangan, dan
setahap demi tahap. Pada dasarnya ada dua tahap yaitu; gelombang pertama ialah
pengislaman orang Jawa menjadi orang Islam sekedarnya, yang selesai pada pada
abad ke-16. Gelombang kedua ialah pemantapan mereka betul-betul menjadi orang
Islam yang taat, yang secara pelan-pelan menggantikan kehidupan keagamaan yang
lama, hampir secara menyeluruh tetapi tidak pernah disempurnakan misalnya
syariah Islam belum secara menyeluruh pernah diterapkan di Jawa.
Proses Islamisasi yang begitu panjang bukan
disebabkan oleh latar belakang nilai-nilai budaya sebelumnya yang begitu kuat
dianut, tetapi karena proses Islamisasi yang dilakukan oleh para wali cenderung
mengadakan kompromi lokal.
Cara ini dipahami sebagai sikap metodik dan
strategi dakwah dikalangan masyarakat tradisional. Dengan kata lain pada
dasarnya proses Islamisasi yang dilakukan para wali bukan untuk mengadakan
kompromi budaya, melainkan bagaimana Islam bisa tersebar secara damai dan
cepat.
Dalam upacara kenduri atau selamatan ada dua tata
nilai, yang pertama nilai tradisi
dengan doktrin. Secara formal ia menampilkan bentuk tradisi,
sedang secara esensial sudah diislamkan.
Yang
kedua bahwa kenduri ruwahan, suran,
saur tanah, sehari, tiga hari dan seterusnya terhadap orang yang mati. Tata
cara yang dilembagakan dalam upacara kenduri tidak ada dalam ajaran Islam.
Sedangkan mendo’akan orang meninggal dunia –terutama anak terhadap orang tua-
diajarkan didalam Agama Islam
Dari
usaian diatas sikap kita menghadapi berbagai macam tradisi dan upacara kesukuan
nusantara adalah menghormati dan memandangnya sebagai
kekayaan khazanah budaya yang ada di Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)